Mengenal Filosofi Hidup Biasa Aja Oleh Alain de Botton
Hidup bahagia, menerima sesuatu apa adanya dan hidup biasa aja adalah filosofi hidup Alain de Botton. Alain de Botton Sendiri adalah seorang filusuf modern berkebangsaan inggris yang mendirikan institusi pendidikan The School Of life dan telah berhasil menulis 12 buku best seller.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di jaman sekarang kebahagiaan itu sukar tuk didapatkan, coba kita ingat di jaman dulu teknologi belum begitu maju dan kehidupan pada masa itu cukup sulit, hampir-hampir semua terbatas seperti akses sumber ilmu yaitu buku, akses pendidikan dan berbagai fasilitas lain terbatas.
Namun, unik dan tidak bisa disanggah bahwa kebahagiaan di masa lampau jauh lebih mudah diperoleh meski orang-orang berada dalam keterbatasan.
Timbul pertanyaan apa yang menyebabkan orang di jaman sekarang sulit bahagia, padahal hidup di masa sekarang kita serba ada, bahkan sekarang dunia dalam gemgaman (internet).
Menurut Alan De Botton ada tiga masalah besar yang sedang terjadi sehingga kita sulit untuk bahagia di zaman sekarang.
Mengenal Filosofi Hidup Biasa Aja Oleh Alain de Botton
1. Snobberry
Pertama menurut Alain manusia jaman sekarang lebih condong memiliki sifat sombong, kita lebih banyak memperlihatkan harta benda, kita menjadi manusia materialis. Secara terang-terangan kita ingin dipandang lebih oleh orang lain, tidak ingin mengerjakan sesuatu remeh-emeh jika tidak sesuai kebangsawanan pribadi.
Mungkin kita merasa cukup resah dengan mereka yang punya kesombongan dengan harta kekayaan dan status sosial. Di kehidupan nyata kita dapat melihat mereka memilih-milih pekejaan atau tempat tinggal.
Kisah yang pernah dialami seorang mahasiswa KKN kampus saya, ia pernah mengalami kejadian unik dalam kelompok KKN mereka, satu hal paling mencolok yang ia alami saat penentuan tempat tinggal di kampung tertentu.
Satu dari sekian teman ia tidak ingin tinggal di rumah warga, meski nyatanya ini sudah di tentukan oleh Kampus jauh-jauh hari. Alasanya tidak memenuhi standar tempat tinggal, inginnya tinggal di hotel Full Ac.
Awalnya ingin di tolak dengan suara terbanyak, tapi yang terjadi status sosialah menang. Ia berhasil memilih tinggal di hotel meski sendirian dan anggota KKN yang lain menurut aja untuk tinggal di rumah warga.
Kita bisa saja munafik tidak ingin berkawan dengan mereka tapi disaat tertentu kita datang menghadap saat butuh dan itupun kita berharap berada di posisi mereka agar lebih bahagia, secara tidak sengaja kita menempatkan kebahagiaan di status sosial.
Menurut Alain de Botton, fenomena ini ada karna kita butuh pengakuan akan status sosial. Namun, tanpa disadari kita malah menjadi lebih jauh dari makna kehidupan. Biasa saya istilahkan kekosongan.
“menempatkan materi sebagai tujuan hidup maka itu, tidak lebih dari kekosongan hidup yang tak bermakna”
2. Kurang Rasa Kasih Sayang
Pada bagian tertentu kita butuh perhatian. Menurut Alain de Botton, manusia jaman sekarang lebih ingin diperhatikan misalnya punya prestasi yang gemilan, jenjang karir dengan gaji lebih dari dua digit atau mungkin memiliki barang mewah yang siap jadi perhatian orang.
Kita ingin diperhatikan dan ini yang dimaksud kurangnya rasa kasih sayang menurut Alain de Botton. Dunia kita hidup sekarang tidak jarang status dan eksistensi kita selalu saja dapat perbadingan mana yang lebih, lebih kaya, lebih populer, lebih elit dan mana yang mencapai prestasi terbaik dari yang terbaik.
Sehingga, cukup banyak dari kita kekurangan sosok yang dapat menerima kita apa adanya. Mereka menerima walau status sosial biasa-biasa saja, mereka menerima dengan pekerjaan kita belum baik dan mereka menerima kehidupan kita apa adanya.
Meski demikian, ada juga orang diluaran sana yang menerima kita apa adanya namun, disisi lain dalam rumah kita dibandingkan oleh ibu kita sendiri dengan anak tentangga. Dari kurangnya rasa kasih sayang kita mengambil pelarian mencoba menarik perhatian atau membuat orang lain kagum. Maka, perhatian adalah nilai bagi kita untuk meraih kesuksesan.
Fakta masyarakat dijaman modern menurut Alain de Botton kita lebih condong membeli dan memilki barang mewah bukan karna butuh melainkan hanya ingin di pandang dan ingin diperhatikan.
Miris bukan kita berjuang, bekerja dan belanja hanya untuk orang yang tidak kita kenal, kita iri, kita benci dan dengan semua itu kita stress, namun tetap saja kita mati-matian ingin mencapainya.
Menurut Alain de Botton rasa pamer kepada orang lain bisa jadi karna kita kurang rasa kasih sayang. Lucunya, mereka yang menghabisakan banyak waktu dan tenaga untuk mencari kekayaan, pamer, dan status terjadi itu karna mereka tidak nyaman dengan diri sendiri.
3. Meritokrasi
Sebelum melangkah lebih jauh kita perlu mengenal apa itu meritokrasi. Meritokrasi berasal dari kata merit artinya “kebaikan” atau “manfaat”, dan kratos yang berarti “kekuatan” atau “kekuasaan”.
Beberapa studi memaknai meritokrasi suatu kondisi yang menghadirkan kesempatan yang sama kepada setiap individu dalam kelompok masyarakat untuk menduduki suatu posisi atau jabatan tertentu.
Artinya tiap-tiap dari kita memiliki kesempatan untuk sukses dengan kemampuan sendiri. Gampangnya, semakin banyak, bagus, baik kita dalam bekerja, semakin baik dan banyak pula reward atau pemasukan yang kita dapatkan.
Sistem meritokrasi pun adalah salah satu tiang sistem kapitalisme saat ini. Tampak jelas menurut Alain De Botton meritokrasi bagus karna memberi kita gambaran bahwa jika kita ingin sukses maka perlu bekerja sungguh-sungguh.
Orang-orang besar seperti Elon Musk, Bill Gates, Jack Ma, Jeff Bezoz mereka memulai usaha dari kecil yang kemudian bisa memiliki harta kekayaan triliunan rupiah. Mereka berhak memiliki itu karna mereka sudah berusaha dengan keras.
Di lain sisi kita juga dapat menganggap sistem meritokrasi adalah opini lain bagi kita yang gagal dan memang berhak gagal, artinya bila seseorang miskin memang karna ia berhak miskin. Asumsi ini yang membuat kegagalan adalah sesuatu yang bertambah menyedihkan. Padahal kegagalan sendiri berasal dari banyak faktor.
Mirisnya lagi kita mendapat penghakiman orang lain ketika kita gagal.
Sistem meritokrasi membuat diri kita terpacu mencapai keberhasilan atau dengan nafsu berat kita ingin mendapat pengakuan dari orang lain.
Pertanyaannya kita mengejar semua ini untuk apa?
Pada akhirnya kita menyadari bahwa hanya sekitar 0,1% saja orang di dunia ini yang akan merasakan kesuksesan seperti Elon Musk dan selebihnya 99,9% dari populasi manusia menjalani hidup biasa saja, dapat kita bayangkan ada miliyaran orang yang menjalani hidup biasa.
Menurut Alain de Botton di jaman sekarang masa menjalani hidup biasa saja sangat nyaman bila dibandingkan dengan jauh-jauh masa sebelumnya. Coba kita perhatikan sekeliling, obat di mana-mana, kerja tidak harus di kantor, informasi mudah kita dapatkan di internet. Tapi, entah mengapa banyaknya hal yang mudah kita dapatkan membuat kita merasa banyak hal yang tidak cukup.
Ungkap Alain de Botton bahwa menjalankan hidup biasa saja itu sebenarnya juga luar biasa yang kadang kita suka tidak sadari. Nah! Dari ketiga masalah di atas, kita dapat menjalani hidup biasa aja menurut Alain de Botton.
Cara yang bisa ditempuh:
1. Memahami Arti kata cukup
Memang hidup di jaman sekarang kita selalu merasa kurang dan kurang. Arti kata cukup tidak ada dalam kamus hidup kita. Padahal menurut Alain de Botton hidup biasa aja termasuk jalan hidup yang luar biasa.
Jika, kita memperhatikan lingkungan sekitar ada banyak orang kurang bahagia, meski mereka tampak bercukupan, kita defnisikan mereka bahagia karna keseringan pamor harta benda benda, rumah besar, mobil mewah dan satus sosial. Namun, Itu termasuk kebahagiaan yang dangkal, mereka menjadi jauh dari makna hidup yang sebenarnya.
Penting kita ketahui bahwa kebahagiaan tidak dapat di beli, meski kita mampu naik mobil mewah, makan di hotel berbintang, memiliki rumah bertingkat dan kekayaan yang melimpah. Namun, tetap saja kita masih merasa kurang dan kurang bahagia. Ketenangan itu rasanya mahal dan sukar di peroleh.
Wajar kata cukup adalah salah satu kunci kebahagiaan di jaman sekarang. Kita tidak akan pernah merasa cukup jika setiap apa yang kita lihat selalu ingin dimiliki, kita memang hidup bercukupan atau pas-pasan, kita ingin mobil untuk satu perkerjaan tapi tidak begitu butuh satu unit mobil mewah.
2. Lakukan sesuatu bukan atas dasar orang lain
Ambisi dan pengakuan adalah dua hal yang bisa rusak jika disandingkan, kita mungkin termotivasi ingin berhasil mencapai sesuatu dengan nafsu mencari pengakuan. Namun, itu tidak akan bertahan lama.
Percaya atau tidak proses dan puncak kesuksesan yang beradasar pada pengakuan itu dangkal, pernahkah kamu berusaha mencapai sesuatu mati-matian tapi merasa kosong setalah meraihnya. salah satu penyakitnya yaitu adanya rasa ingin diakui.
Secara sederhana kita berjuang untuk orang lain, seolah-olah mereka memerintah kita untuk sampai tapi sebenarnya tidak demikian, hanya saja kita merasa iba dan ingin mendapat pengakuan.
Kita perlu menanyakan ke diri sendiri, apa yang sebenarnya yang ingin kita capai. Mungkin kita ingin menjadi penulis yang terekanal, pendaki gunung yang handal, pebisnis besar, pejabat dan segala puncak kesuksesan.
Tapi, saat kita berusaha, kita menganggap proses ini melelahkan dan kita tidak mampu menikmati proses. Setalah lama berpikir ternyata kita hanya menyukai pemandangan dari atas puncak tapi tidak ingin merasakan proses pendakian, artinya kita tengah berajalan pada jalur yang sebenarnya bukan itu yang benar-benar kita inginkan.
Ingin mengetahui apa yang benar-benar kita cari. Jawabnya sederahana yaitu tanya pada diri kamu sendiri, pikirkan dengan tanpa rambu-rambu ingin mencari pengakuan. Ingat! ambisi itu penting dan kita perlu berdiri di atas kaki sendiri.
Baca Juga: Pengaruh Smartphone Terhadap Standar Kebahagiaan
Posting Komentar untuk " Mengenal Filosofi Hidup Biasa Aja Oleh Alain de Botton"
Posting Komentar